Oleh: Medi Juniansyah, M.Pd
(Sekretaris PC GP Ansor Rejang Lebong)
Pemilu adalah puncak dari proses demokrasi yang menggambarkan kekuatan dan kehendak suatu negara oleh rakyatnya. Setiap kali waktu pemilihan datang, itu bukan hanya tentang memilih pemimpin baru, tetapi juga tentang meneguhkan nilai-nilai demokratis yang mendasar.
Di tengah-tengah ketegangan politik akhir-akhir ini, pemberitaan yang cenderung bias, dan narasi yang terkadang membingungkan, kita harus mengingat bahwa hak suara adalah hak yang berharga dan harus diperjuangkan.
Menjelang pencoblosan Pemilu 14 Februari 2024, penting bagi kita semua untuk mempertimbangkan dengan cermat pilihan kita, memahami implikasinya, dan berpartisipasi dalam proses ini dengan penuh kesadaran.
Pada saat kita mendekati tanggal pemilihan, muncul berbagai pertanyaan dan kekhawatiran. Apakah kita telah menerima informasi yang akurat dan seimbang? Apakah para kandidat telah mengungkapkan visi dan rencana yang jelas untuk masa depan negara ini? Apakah kita memahami implikasi politik, ekonomi, dan sosial dari pilihan kita? Ini adalah pertanyaan penting yang harus kita jawab secara bijaksana sebelum kita memasuki bilik suara.
Dalam konteks global yang terus berubah, kita juga harus mempertimbangkan peran Indonesia di panggung internasional. Bagaimana pemimpin yang kita pilih akan mempengaruhi hubungan dengan negara lain, kebijakan luar negeri, dan posisi kita dalam isu-isu global seperti perubahan iklim, perdagangan internasional, dan perdamaian dunia? Ini adalah pertimbangan yang tidak boleh diabaikan ketika kita menimbang pilihan kita di kotak suara.
Tidak hanya itu, kita juga harus menghadapi tantangan internal yang serius, seperti ketidaksetaraan sosial, ketegangan agama, dan ketegangan politik. Pemilihan pemimpin yang mampu memperkuat persatuan, menegakkan keadilan, dan mempromosikan inklusivitas adalah tugas yang mendesak bagi setiap pemilih. Kita harus mencari pemimpin yang mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya bagi segelintir kepentingan.
Namun, penting untuk diingat bahwa tanggung jawab tidak hanya berada pada para pemimpin yang dipilih, tetapi juga pada setiap warga negara. Partisipasi dalam pemilihan hanyalah langkah awal. Setelah pemimpin terpilih, kita harus terus mengawasi mereka, menuntut akuntabilitas, dan berkontribusi dalam proses demokratisasi negara ini.
Jadi, menjelang pencoblosan Pemilu 14 Februari 2024, penulis mengajak mari kita jadikan Pemilu 2024 ini sebagai momen refleksi, tanggung jawab, dan komitmen untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.
Marilah kita berpegang teguh pada nilai-nilai demokrasi, memilih dengan hati nurani, dan berjuang bersama-sama untuk mewujudkan visi kita tentang sebuah negara yang adil, makmur, inklusif, dan maju. (MJ31)